Waspadai Belanja Daring, Rentan Tingkatkan Penggunaan Plastik
Ia mencontohkan, apabila seseorang membeli sampo secara daring, maka paket sampo yang dikirim jumlah plastik menjadi ganda, yakni plastik dari kemasan sampo dan plastik dari paket kiriman.
“Jadi ini perlu dipikirkan,” kata Intan.
Sampah plastik dari belanja daring tingkat Jabodetabek maupun nasional yang paling dominan yakni selotip, bubble wrap, dan bungkus plastik.
‘Bubble wrap’ merupakan pembungkus berbahan plastik bisa digunakan kembali untuk keperluan yang lain, tetapi penggunaan selotip belum ada alternatif penggantinya.
Senada dengan Intan, Tiza Mafira dari Gerakan Diet Kantong Plastik (GDKP) yang mendorong tercetusnya larangan plastik sekali pakai menyatakan perlu ada peraturan lain yang mengatur tentang sampah stirofoam dan plastik sekali pakai untuk belanja daring.
Menurut Tiza, sampah plastik dari belanja daring bisa dibatasi langsung oleh perusahan rintisan penyedia layanan belanja daring dengan menyediakan karakter khusus (fitur) yang dapat dipilih konsumen saat membeli barang.
“Platform belanja daring sangat bisa memberikan kontrol dengan memberikan opsi kepada konsumenya,” kata Tiza.
Ia mencontohkan, platform belanja daring bisa memberikan pilihan kemasan bagi konsumen dengan pilihan menggunakan plastik, kardus, atau bubble wrap pada saat dilakukan pemesanan.
Cara seperti ini sudah dilakukan oleh mitra GDKP yakni Gojek dan Grab dalam mengurangi penggunaan sendok dan garpu plastik.
“Gojek dalam menjalankan program ini ternyata yang membeli makanan dengan sendok plastik hanya satu persen dari semua pembelian, selama ini sebelum ada program fitur pilihan ini, 95 persen garpu plastik itu tidak terpakai. sebesar itu dampaknya,” kata Tiza. (Ant)