Bergaya Bak Noni Belanda di Museum Lawang Sewu Semarang
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Keceriaan terpancar dari wajah Jessica Rose, bersama teman-teman komunitas, mereka tampak berfoto di depan bangunan Lawang Sewu Semarang, Minggu (23/8/2020).
Uniknya, bak Noni Belanda, mereka berenam berpose dengan mengenakan busana Kladerdracht, atau baju tradisional khas negeri Kincir Angin tersebut, lengkap dengan topi penutup kepala yang disebut Njekitcher, meski bentuknya bukan tudung putih, melainkan kain berenda.
“Seru, kita berenam sengaja datang ke Lawang Sewu selain memang untuk refreshing, juga ingin foto-foto dengan baju ini. Sewanya juga murah, hanya Rp 60 ribu per baju, bisa dipakai sepuasnya untuk foto,” papar Jessica Rose, mewakili teman-temannya.
Diakui, dengan berbusana Kladerdracht, lengkap dengan Njekitcher hingga payung berenda, mereka layaknya None Belanda era kolonial.
“Apalagi dengan latar belakang gedung Lawang Sewu, serasa seperti foto di luar negeri. Jadi semakin bagus foto yang didapatkan,” paparnya.
Tidak hanya berfoto dengan baju tradisional Belanda, pengunjung juga bisa berpose dengan busana Jawa tradisional serta Jepang.
“Baju yang dipakai ini, langsung dicuci setelah disewa, jadi satu baju satu penyewa, kemudian dicuci bersih baru kemudian disewakan lagi. Jadi bersih dan steril,” terangnya.
Hal senada juga diungkapkan, Sari Hidayat, pengunjung Lawang Sewu. Dirinya mengaku tertarik datang ke obyek wisata tersebut, karena selain ingin berwisata, juga berfoto dengan berbagai busana yang ada. “Sebelumnya belum ada persewaan busana ini. Jadi pas ada, jadi mau dimanfaatkan,” terangnya.