Bintang Mahaputra untuk Putranya Siapa?
OLEH: NOOR JOHAN NUH
Juga dilakukan Fahri. Dalam diskusi online bertajuk “Persepsi Publik Atas Kinerja Pemerintahan Jokowi-Makruf; Siapa Layak Diresuffle”, Fahri mengkritik anggota kabinet yang diumpamakan seperti di dapur, “Dapur pemerintah semakin berantakan, masih kacau. Kalau dapurnya itu kuat, maka masakannya itu pasti nikmat. Tapi karena ini dapurnya nga bener, maka baunya tidak sedap. Apalagi kalau dicicipi, maka akan berantakan.”
Atau kritik Fahri tentang kartu-kartu yang dikeluarkan oleh Jokowi yakni kartu sembako murah, kartu Indonesia pintar untuk kuliah, dan kartu prakerja, “Siapa yang mau makan janji, sementara yang lama belum terpenuhi?” ujar Fahri. Jokowi sebaiknya menyelesaikan dulu persoalan keuangan yang tengah berjalan. Tiba-tiba sudah ada janji mau kasih kartu pada pengangguran mau dikasih uang, ini kan mustahil, kritik Fahri.
Memang tidak ada kriteria baku tentang yang berhak dianugerahi Bintang Mahaputra. Namun pada umumnya adalah orang-orang yang dekat dengan kekuasaan meskipun prestasinya pas-pasan, atau setidaknya adalah orang yang mendukung pemerintahan, atau paling sedikit tidak pernah mengkritik pemerintah.
Pada masa lalu, Bintang Mahaputra pernah dianugerahkan pada Ketua CC PKI DN Aidit, juga Wakil Perdana Menteri I Dr. Subandrio. Bintang Mahaputra Subandrio resmi dicabut dalam vonis Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub-1966).
Meskipun tidak ada kriteria baku dalam menentukan siapa orang yang layak menerima Bintang Mahaputra—akan tetapi—karena bintang ini sebagai refleksi penghargaan negara pada seseorang, maka paling tidak orang tersebut telah berjasa melebihi jasa dari banyak orang, kepada bangsa dan negara.