Dualisme sebagai Dinamika Politik, Spirit Berkarya Tetap Tommy Soeharto

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

SOLO – Partai Berkarya jika diibaratkan sebuah perjalanan masih di awal. Banyak hambatan dan gangguan menjadi hal yang lumrah, namun jangan sampai persoalan itu menggerus perjuangan dan cita-cita seperti yang telah dilakukan Presiden Soeharto selama 32 memimpin Bangsa Indonesia.

“Dengan semangat yang dibawa oleh Bapak Besar kita yakni Soeharto dan Ibu Tien Soeharto kita bersama-sama membentuk sebuah partai yang dinahkodai keluarga cendana. Tapi ternyata gangguan-gangguan ini terus ada. Mudah-mudahan ke depan gangguan itu tidak muncul lagi,” papar Ketua DPW Berkarya Riau, Fajar Menanti Simanjuntak, menanggapi adanya dualisme kepemimpinan di tubuh Partai Berkarya, Minggu (23/8/2020) kemarin.

Menurut dia, seluruh DPW Berkarya tetap solid untuk berjuang bersama di bawah kepemimpinan Hutomo Mandala Putra (HMP) sebagai Ketua Umum hasil dari Rapimnas 2018. Partai Berkarya memiliki semangat dan tujuan yang jelas, karena sejak awal berdiri berada di bawah naungan putra dan putri Presiden Soeharto.

“Lantas sekarang ada pihak yang mengklaim sebagai pendiri. Ini saya kira sesat. Bagi kami kalau tidak Tommy Soeharto untuk apa melanjutkan perjuangan. Karena kami sejak awal merupakan pendiri partai,” ulas Fajar Menanti.

Kendati demikian, pihaknya mengajak seluruh pengurus di jajarannya untuk tenang dan tidak melakukan hal-hal yang justru membuat rugi partai. Dirinya yakin jika sebuah tindakan yang menciderai kebenaran akan menerima balasannya di kemudian hari.

“Kita sabar saja, mudah-mudahan yang namanya orang berbuat jahat pasti menerima balasannya,” tandasnya.

Hal serupa diungkapkan Sofyan Harihaya, selaku Ketua DPW Berkarya Maluku, yang menilai persoalan yang tengah dihadapi saat ini merupakan sebuah proses yang harus dilalui untuk menjadi sebuah partai yang besar sesuai cita-cita rakyat Indonesia.

Lihat juga...