Ekspor Cabai Jamu Asal Lampung Tembus China dan Afrika

Editor: Makmun Hidayat

Pengiriman ke India pada komoditas cabai jamu juga meningkat dari 27 ton menjadi 131 ton.  Sejumlah negara pelanggan cabai jamu rutin menurutnya meliputi India , Pakistan, Malaysia, Turki, United Kingdom, Vietnam dan Singapura. Penambahan pada tahun ini berasal dari Bangladesh, Uni Emirat Arab, China, Djibouti, Jerman dan Nepal.

“Persyaratan negara tujuan ekspor untuk cabai jamu tidak menyebutkan bebas penyakit yang spesifik cukup dilengkapi phytosanitary certificate yang diterbitkan karantina pertanian,” bebernya.

Dalam upaya mendukung program gerakan tiga kali ekspor (Gratieks) yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Karantina Pertanian Lampung melakukan upaya bimbingan teknis bagi pelaku usaha. Layanan cepat di pelabuhan ekspor Panjang, Bandarlampung juga dilakukan untuk mendukung akselerasi ekspor komoditas pertanian.

Sutinah, salah satu warga Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan, Lamsel menyebut cabai jamu jarang dikembangkan petani. Namun ia menyebut penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari dengan jagung, kelapa dan karet. Cabai jamu yang selama ini hanya digunakan untuk bumbu masakan dan jamu herbal memiliki nilai ekonomis tinggi.

Dalam kondisi kering cabai jamu dibeli pengepul seharga Rp50.000 per kilogram. Harga bisa mencapai Rp75.000 per kilogram dengan kualitas yang cukup bagus. Pemanenan cabai jamu ditandai dengan warna buah menguning dan akan dikeringkan dengan cara dijemur. Sebagai tanaman penyelang petani menjadikan komoditas cabai jamu sebagai tambahan penghasilan.

Lihat juga...