Kemarau, Perajin Gula Semut di Cianjur Kesulitan Bahan Baku
CIANJUR – Perajin gula semut di selatan Cianjur, Jawa Barat, kesulitan mendapatkan bahan baku air lahang. Kondisi tersebut dialami sejak tiga bulan terakhir. Selama kemarau, air lahang dari pohon kelapa jumlahnya terus berkurang.
Sehingga perajin kesulitan memenuhi pesanan dari luar kota seperti Jabodetabek. “Selama kemarau sejak tiga bulan terakhir, produksi gula semut mengalami penurunan, sehingga membuat debit air lahang yang dihasilkan pohon kelapa hanya sedikit,” kata Ridwan (43), seorang petani gula semut di Desa Hegarsari, Kecamatan Sindangbarang, Rabu (12/9/2020).
Menurunnya produksi air lahang tersebut sangat terasa sejak satu bulan terakhir. Dari 25 pohon kelapa yang biasa menyuplai air lahang sebagai bahan baku, setiap hari hanya mampu diolah menjadi delapan kilogram gula semut. “Sebelum musim kemarau dari 25 pohon, kami mampu mendapatkan 18 sampai 23 kilo gula kelapa dalam satu hari. Namun sejak satu bulan terakhir, air lahang terus menurun, sehingga dari 25 pohon hanya bisa menjadi delapan kilogram gula semut,” jelasnya.
Turunnya produksi gula tersebut tidak membuat harga gula menjadi naik. Saat ini harga gula per kilogram di tingkat pedagang besar Rp12.000. Namun untuk memenuhi pesanan dari pelanggan di luar kota, perajin di wilayah tersebut cukup kesulitan karena minimnya bahan baku.
Bahkan beberapa orang perajin terpaksa menolak pesanan dari luar kota seperti Jabodetabek, karena kondisi tersebut. Perajin berharap musim hujan segera turun, agar stok bahan baku di pohon kelapa kembali melimpah dan produksi kembali normal. “Kalau sebelum sulit mendapat bahan baku, setiap minggunya kami bisa mendapatkan Rp1.932.000 namun kini sangat menurun. Sekarang dalam satu minggu hanya mendapatkan Rp672.000, belum ditambah beli kebutuhan bahan, paling sisanya Rp272.000,” pungkasnya. (Ant)