Kunci Keberhasilan Budidaya Anggrek, Sesuaikan Habitat Asli
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Siapa yang tidak kenal anggrek? Tanaman tropis ini sudah sangat dikenal di Indonesia. Dengan keanekaragam bentuk, warna dan keindahan bunga yang dimiliki, menjadikannya sebagai salah satu primadona tanaman hias.
Budidaya anggrek pun terus dikembangkan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Kota Semarang. Salah satunya, oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Gawe Asri, Banyumanik. Semarang. Kelompok tani yang seluruh anggotanya perempuan, baik ibu rumah tangga, pekerja hingga remaja putri tersebut, memang fokus pada budidaya tanaman anggrek.
“Tanaman anggrek ini, tidak mengenal tren, karena selalu digemari sejak dulu sampai sekarang. Dari segi perawatan, sebenarnya juga relatif mudah, namun karena banyak yang tidak tahu, jadi menilai jika anggrek sulit untuk dikembangkan atau ditanam,” papar Ketua KWT Gawe Asri, Umi Kalsum di Semarang, Senin (24/8/2020).
Dipaparkan, dalam budidaya anggrek memang memerlukan perlakuan sedikit berbeda dari tanaman lain. Khususnya, dalam menyesuaikan dengan habitat aslinya. Keberhasilan penanaman ditentukan dari kemampuan menirukan lingkungan tumbuh, seperti habitat asli dari tanaman anggrek tersebut.
“Kita menggunakan sejumlah media tanam, seperti arang kayu, pakis hingga kulit kayu. Ini menyesuaikan dengan jenis anggrek yang ditanam. Untuk jenis anggrek epifit, yakni pada habitat aslinya menempel pada pohon, kita gunakan kulit kayu atau pakis yang digantung,” terangnya.