“Menjadi Ilahi”

OLEH HASANUDDIN

Lebih jauh beliau menjelaskan; ketika cahaya zat-Nya terpancar, maka cahaya selain-Nya akan meredup dan hilang secara total. Inilah maqam al-istihlaki (tempat munculnya sifat Esa yang menjadi sumber semua nama), dan merupakan maqam fana al-fana (tempat bergantinya sifat kemanusiaan dengan sifat ketuhanan. Dan inilah yang kami sebut dalam judul tulisan ini sebagai “menjadi Ilahi”.

Kebinasaan selain Allah ada pasti, sebagaimana firman-Nya: “Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. Asy-Syura (48):88).

Ketika ini terjadi, maka roh yang suci (ruhul qudusiy) akan abadi dengan cahaya kesucian, seraya memandang-Nya, memandang dengan-Nya, dan bersama-Nya. Cahaya kesucian tersebut memberi petunjuk (bagi orang yang dikarunia Allah mencapai maqam ini) tentang diri-Nya dengan cara yang tidak dapat digambarkan dan tanpa menyerupakan-Nya.

Inilah yang dimaksud dalam firman-Nya; “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.” (QS. Asy-Syura (42): 11)

Nabi SAW bersabda: “Bersama Allah, aku memiliki kesempatan yang banyak, yang tidak dimiliki oleh malaikat yang dekat dengan-Nya maupun oleh nabi yang diutus-Nya”.

Inilah alam al-tajrid (penarikan diri sepenuhnya) dari selain Allah, sebagaimana dikatakan dalam hadits qudsi, “Tariklah dirimu, niscaya engkau sampai kepada-Ku.”

Yang dimaksud dalam hadits ini menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah meniadakan secara total semua sifat kemanusiaan dari dirinya secara total, sehingga hanya ia sendiri yang berada di alamnya seraya tersifati dengan sifat Allah.

Nabi Muhammad saw bersabda: “Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah.” Maksud dari hadits ini adalah sifatilah diri kalian dengan sifat Allah swt.

Lihat juga...