Nyala Terang Dusun Blumbang di Perbukitan Menoreh Kulonprogo Yogyakarta
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Saridi yang ditunjuk sebagai operator PLTMH dusun Blumbang, menjelaskan, awalnya Kementerian ESDM memasang satu buah turbin untuk menghidupkan generator. Namun karena dinilai tidak maksimal, satu turbin tambahan kembali dipasang hingga terdapat dua turbin yang menyala secara bergantian.
“Dari generator berkapasitas 30 kilo watt, PLTMH ini mampu menghasilkan arus listrik sebesar 19.000 watt. Listrik kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga, yang menyala selama 24 jam nonstop sepanjang tahun,” ungkapnya.
Saat awal pembangunan PLTMH, hanya ada sekitar 55 titik Miniature Circuit Breaker (MCB) yang dipasang di rumah-rumah warga. Namun saat ini jumlah MCB telah bertambah menjadi sebanyak 80 titik. Penambahan itu dilakukan secara mandiri oleh warga secara swadaya.
“Sekarang, hampir seluruh rumah di Dusun Blumbang ini telah tersambung listrik dari PLTMH. Dari total sebanyak 111 KK, hanya 3 KK saja yang belum tersambung. Itu karena lokasi rumah terpencil di atas bukit, dan jaraknya cukup jauh dari lokasi pembangkit,” katanya.
Walaupun PLTMH ini dibangun oleh Kementerian ESDM, dan saat ini telah menjadi aset Dinas PU DIY, namun pengelolaan maupun pemanfaatannya sepenuhnya dilakukan dan digunakan untuk kepentingan warga masyarakat di satu wilayah pedukuhan yakni Dusun Blumbang.
Selain dimanfaatkan untuk penerangan jalan dusun, keberadaan PLTMH ini juga menjadi sumber energi utama pemasok kebutuhan listrik warga sehari-hari. Ada sejumlah warga yang telah sepenuhnya memanfaatkan aliran listrik dari PLTMH ini. Namun ada juga sebagian yang masih menyambung ke PLN.
“Saya sendiri sepenuhnya memakai listrik dari PLTMH ini untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti menghidupkan lampu, televisi, kulkas hingga magic com, dan sebagainya. Setiap bulan saya hanya membayar iuran ke Karangtaruna sebesar Rp5000. Jauh lebih murah dibandingkan dengan tarif listrik PLN,” kata Saridi yang berprofesi sebagai petani.