Nyala Terang Dusun Blumbang di Perbukitan Menoreh Kulonprogo Yogyakarta

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sementara itu warga lainnya, Kemiyo (50), mengaku memanfaatkan aliran listrik dari PLTMH untuk menjalankan usaha produksi makanan tradisional Geblek miliknya. Seperti menyalakan pompa air, mesin penggiling singkong, lampu, dan sebagainya. Meski demikian, ia mengaku tetap berlangganan listrik dari PLN untuk menyalakan perangkat elektronik lainnya.

“Jadi rumah saya punya dua sumber listrik. Satu dari PLN dan satu dari PLTMH. Sehingga bisa menghemat biaya beban tarif listrik PLN. Jika dulu sebulan saya mengeluarkan biaya listrik hingga Rp30 ribu lebih, sekarang hanya sekitar Rp15 ribu saja. Selain itu, jika sewaktu-waktu listrik PLN mati, saya masih bisa memanfaatkan listrik dari PLTMH,” ujarnya.

Tak hanya Saridi dan Kemiyo, warga lain di Dusun Blumbang juga banyak yang memanfaatkan aliran listrik dari PLTMH untuk mendukung operasional usaha mereka. Seperti usaha katering makanan, pertukangan atau mebel, hingga beternak sapi. Sehingga biaya produksi menjadi lebih murah. Ini artinya secara tidak langsung, keberadaan PLTHM ini mampu mendukung geliat perekonomian warga Dusun Blumbang.

“Semenjak ada PLTMH, banyak warga yang mulai membangun kandang ternak. Kandang itu dibangun agak berjauhan dari rumah, namun dengan penerangan yang cukup. Sehingga bisa diawasi dari jauh. Saat ini ada puluhan kandang ternak milik warga dengan total 105 ekor ternak sapi yang dipelihara. Semua penerangannya memanfaatkan listrik dari PLTMH. Termasuk kandang komunal milik kelompok,” ungkap Kemiyo yang juga merupakan Ketua Kelompok Ternak Maju Jaya, Dusun Blumbang ini.

Meski mampu beroperasi dan mengalirkan listrik selama 24 jam tanpa henti, salah satu kendala PLTMH di Dusun Blumbang ini adalah arus listriknya yang kadang tidak stabil. Hal itu biasanya disebabkan karena banyaknya sampah di sepanjang saluran irigasi yang tersangkut, sehingga menghambat air masuk ke jaringan pembangkit listrik.

Lihat juga...