Perapian, Cara Tradisional Atasi Dampak Suhu Dingin pada Ternak

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Suhu udara yang panas saat siang hari dan berubah dingin kala malam hari, ikut berpengaruh pada sektor peternakan di Lampung Selatan.

Samiran, petani sekaligus peternak di Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, menyebut ternak ruminansia atau memamah biak butuh penanganan baik. Seperti manusia, kondisi suhu dingin berpengaruh pada kesehatan ternak.

Sejak pertengahan Juli hingg awal Agustus, ia menyebut suhu saat malam membuat manusia menggigil. Bagi ternak solusi yang dilakukan dengan membuat perapian. Pada peternakan modern, Samiran menyebut pemanasan suhu kandang bisa dilakukan dengan listrik. Namun, pemakaian perapian sistem tradisional memanfaatkan batok kelapa, kayu, sabut kelapa dan sekam.

Samiran, peternak di Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan,Senin (3/8/2020). -Foto: Henk Widi

Sistem pemanasan pada kandang ternak, menurut Samiran sudah diterapkan puluhan tahun silam. Memakai tempat khusus dibatasi batu bata, batu kali, perapian yang disebut bedian akan menghangatkan ternak. Potensi ternak kembung gatal akibat digigit lalat jenis pitak, bisa diminimalisir. Lokasi perapian selalu disediakan dekat tempat bak minum ternak, memudahkan pemadaman.

“Pembuatan fasilitas perapian untuk ternak sapi, kerbau, kambing kerap dilakukan peternak saat sore hari, sembari membersihkan kandang, menyiapkan pakan sekaligus menyiapkan bahan untuk menghangatkan badan ternak,” terang Samiran, saat ditemui Cendana News, Senin (3/8/2020).

Samiran menyebut, selain perapian, peternak menerapkan pola kandang kering dan basah. Bagi ternak jenis kerbau dan sapi, kandang basah memungkinkan bisa berendam pada lumpur. Kandang tersebut dipagar, sehingga memiliki cukup ruang untuk bergerak. Saat malam hari, ternak ditempatkan pada kandang kering terbuat dari semen yang dialasi jerami kering.

Lihat juga...