Petani Berharap Pasar Lelang Cabai Menolong di Saat Harga Remuk

Editor: Koko Triarko

YOGYAKARTA – Sejumlah petani di kabupaten Kulon Progo, menyebut keberadaan pasar lelang cabai yang dibangun pemerintah setempat masih belum cukup efektif mengatrol harga jual cabai di tingkat petani. Hal itu disebabkan pasar lelang cabai yang hanya buka di musim tertentu, dan tidak merata di semua wilayah. 

“Padahal, saat harga jual cabai di tingkat petani sedang hancur seperti sekarang ini, keberadaan pasar lelang cabai sangat dibutuhkan petani. Adanya pasar lelang cabai, paling tidak akan dapat mengatrol harga jual cabai, sehingga petani bisa memperoleh selisih harga dibandingkan menjual langsung kepada para tengkulak, kata Munir, petanai cabai di desa Kedungdang, Temon, Kulon Progo, Senin (24/8/2020).

Munir mengaku hanya bisa menjual cabai miliknya seharga Rp4-5ribu per kilogram. Padahal jika dijual melalui pasar lelang cabai, harga jual cabai miliknya bisa lebih tinggi, karena terdapat selisih harga hingga Rp1.000 per kilogramnya.

“Sayangnya di wilayah sekitar sini tidak ada pasar lelang cabai. Pasar lelang cabai baru akan mulai dibuka dua bulan lagi saat sedang musim panen raya cabai. Kalau sekarang baru saja selesai musim tanam padi. Sehingga belum banyak petani menanam cabai, akibatnya pasar lelang cabai juga belum dibuka,” katanya.

Sebenarnya, menurut Munir para petani cabai di wilayahnya bisa saja menjual hasil panen ke pasar lelang cabai yang saat ini buka di sejumlah wilayah. Namun, ia menyebut jarak pasar yang terlalu jauh membuat para petani di desanya enggan melakukannya, karena mereka masih harus mengeluarkan biaya angkut yang cukup besar.

“Ya, sebenarnya di daerah tertentu yang memang mayoritas petaninya menanam cabai, pasar leleng cabai itu selalu buka. Tapi jaraknya jauh, sehingga kita para petani di sini juga kesulitan untuk mengaksesnya,” ungkapnya.

Lihat juga...