Presiden Iran: Penolakan Proposal Embargo Mempermalukan AS
LONDON – Presiden Iran, Hassan Rouhani menyebut, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengalami suatu kekalahan memalukan, usai Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menolak usulan resolusi untuk memperpanjang embargo senjata Iran.
“Saya tidak mengingat, bahwa AS menyiapkan sebuah resolusi selama berbulan-bulan untuk menyerang Republik Islam Iran, dan mereka hanya mendapatkan satu suara setuju,” kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan di televisi setempat.
Menurutnya, keberhasilan terbesar adalah ketika AS kalah dengan penghinaan dalam sebuah agenda yang disebutnya sebagai konspirasi tersebut. Dan sebelumnya, anggota DK PBB melangsungkan pemungutan suara untuk usulan AS terkait embargo senjata Iran pada Jumat (14/8/2020). Rusia dan China menolak, sementara 11 negara anggota lainnya, termasuk Indonesia, Prancis, Jerman, dan Inggris memilih abstain. Hanya AS dan Republik Dominika yang memberi persetujuan.
Embargo senjata Iran yang dijatuhkan oleh PBB, akan segera mencapai tenggat berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dengan kekuatan dunia, yang memfasilitasi pencabutan sejumlah sanksi internasional terhadap Iran. Hal itu sebagai imbalan atas penangguhan program nuklir Iran.
AS sendiri telah keluar dari kesepakatan tersebut pada 2018. Kini AS dapat menggunakan ancaman, untuk memicu kembali dijatuhkannya semua sanksi PBB terhadap Iran yang termuat dalam ketentuan kesepakatan nuklir yang biasa disebut sebagai snapback. Para diplomat mengatakan, AS mungkin akan melakukan hal tersebut secepatnya pada pekan depan. Namun negara itu akan mendapatkan perlawanan yang lebih keras dan lebih sulit.