Atasi Penyimpanan Ikan Selama Melaut dengan Teknologi Ozon
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Proses melaut, khususnya dengan kapal besar, bisa berlangsung berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Tidak jarang, dalam proses tersebut, kualitas ikan tangkapan nelayan menurun akibat proses penyimpanan yang tidak maksimal.
“Nelayan dengan kapal besar, bisa melaut hingga berhari-hari. Selama ini, dalam menyimpan ikan hasil tangkapan hanya memanfaatkan balok es. Palka kapal, sebagai tempat penyimpanan, bila diberi balok es suhu rata-rata bisa sekitar 5 derajat celcius, namun ketika diberi muatan ikan, suhu bisa naik menjadi sekitar 17 derajat,” papar peneliti Undip, Prof. Dr. Muhammad Nur DEA, saat ditemui di kampus Undip Tembalang, Semarang, Senin (21/9/2020).
Kenaikan suhu di dalam palka tersebut, berakibat pada menurunnya kualitas ikan hasil tangkapan nelayan, sehingga saat sampai di daratan, harga jualnya pun menjadi menurun.
“Ikan dijual berdasarkan kualitas, ada grande A, B, C, dengan mempertimbangkan jenis ikan dan kesegarannya. Bisa jadi ketika ditangkap masih kualitas A, sampai daratan jadi kualitas B, karena saat penyimpanan di palka selama melaut tidak bagus,” terangnya.
Tidak hanya itu, jika menggunakan balok es, durasi penyimpanan ikan juga terbatas, hanya dalam hitungan hari, sehingga proses melaut pun tidak bisa lama karena nelayan takut ikan hasil tangkapannya keburu rusak atau busuk.
Hal tersebut mendorong Prof. Nur melakukan penelitian dan inovasi dengan menghasilkan produk Seazone. Pada penelitian awal, pihaknya memperkenalkan box o’fish dan mini storage, yakni kotak penyimpan ikan berteknologi plasma ozon untuk memperpanjang masa simpan ikan, dengan menggunakan slurry ice yakni campuran antara es batu dengan air sebagai media pendingin.