Bengkel Misi Keuskupan Maumere Produksi Mesin Sosoh Sorgum
Editor: Makmun Hidayat
Mesin rontok sorgum lanjutnya, sudah dipesan oleh kelompok tani sorgum di Larantuka, Kabupaten Flores Timur dan pihaknya pun masih mengerjakannya beberapa unit lagi.
“Satu kelompok tani sorgum di Koting juga masih menanam sorgum dan mereka membawa sorgumnya untuk disosoh di tempat kami. Hasil produksinya juga sementara mereka jual ke kami,” ucapnya.
Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Serelia, Balitbangtan Kementan RI, Dr. Marcia Bunga Pabendon, MP mengatakan, saat penyosoh belum ada, semua petani mau menjual sorgumnya secara gelondongan.
Marcia menyebutkan, setelah mesin penyosoh sudah tersedia, orang mau membeli sorgumnya pun mereka tidak mau menjual selama kebutuhan konsumsi mereka di rumah belum terpenuhi.
“Dengan adanya mesin penyosoh maka sorgum yang disosoh akan menghasilkan dedak yang juga sangat bagus untuk ternak babi, ayam dan ikan karena mengandung antioksidan tinggi. Pembeli berani membeli dedak seharga Rp5 ribu sampai Rp6 ribu per kilogramnya,” terangnya.
Kalau ada mesin, saran Marcia, sebaiknya sorgum jangan dijual gelondongan tapi sudah dalam bentuk produk supaya nilai jualnya lebih tinggi seperti sereal sorgum yang sangat laku dijual karena sangat praktis di bawa ke mana-mana.
Ia menambahkan, di hotel-hotel berbintang saat ini sudah banyak yang menyediakan nasi sorgum karena para tamu sudah banyak yang menanyakan nasi sorgum sebelum memutuskan untuk menginap.
“Artinya perubahan pola pikir mengenai makanan sudah mulai bergeser bukan sekedar enak tapi nilai sehatnya mulai masuk. Salah satu kelebihan dari sorgum produksi NTT dibandingkan yang wilayah lain seperti Pulau Jawa adalah organik,” tuturnya.