Hasil Panen di Sikka Berkurang Imbas Kekeringan dan Hama

Editor: Makmun Hidayat

MAUMERE — Kekeringan dan serangan hama ulat grayak yang melanda Kabupaten Sikka dan beberapa wilayah lainnya di Nusa Tenggara Timur (NTT) berimbas pada berkurangnya hasil panen.

Kejadian ini diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 sehingga membuat aktivitas pertanian tidak berjalan maksimal dan banyak hasil pertanian terutama hortikultura yang tidak terserap pasar sehingga membuat pendapatan petani mengalami penurunan.

“Musim tanam tahun ini memang banyak komoditi pertanian di Kabupaten Sikka mengalami gagal panen seperti jagung di Kecamatan Kangae dan beberapa kecamatan lainnya yang terserang hama ulat grayak,” sebut Direktur Wahana Tani Mandiri, Carolus Winfridus Keupung, Senin (14/9/2020).

Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Kabupaten Sikka, Carolus Winfridus Keupung saat ditemui di kantornya, Senin (14/9/2020). -Foto: Ebed de Rosary

Win sapaannya mengatakan, petani yang memiliki lahan tadah hujan tentu akan mengalami kesulitan untuk melakukan penanaman lagi karena musim hujan telah berlalu dan stok benih pun menipis.

Biasanya kata dia, petani sudah menyisakan hasil panen jagung atau padi untuk dikonsumsi sendiri, dijual untuk mendapatkan uang membeli kebutuhan rumah tangga serta untuk benih.

“Kejadian ini tentu akan menyebabkan para petani mengalami kekurangan stok pangan sehingga mereka akan menjual hasil perkebunan seperti kelapa, mete, kemiri, kakao dan lainnya untuk mendapatkan uang,” jelasnya.

Win menambahkan, banyak sumur bor di beberapa wilayah di Kabupaten Sikka yang tidak dipergunakan padahal sumur-sumur bor tersebut merupakan sumur air dalam yang debitnya besar.

Lihat juga...