Hasil Panen di Sikka Berkurang Imbas Kekeringan dan Hama
Editor: Makmun Hidayat
Ia menyayangkan sumur-sumur bor yang berada di areal pertanian tersebut dibiarkan terlantar padahal seharusnya saat musim kemarau para petani bisa memanfaatkannya untuk mengairi kebun atau sawah.
“Perlu ada solusi untuk mengatasi hal ini agar saat musim kemarau pun petani bisa menanam tanaman hortikultura dan lainnya untuk menambah penghasilan. Saat kami penelitian di Done kami menemukan ada warga yang mengkonsumsi ubi hutan beracun yang diolah dan dimakan karena persediaan pangan menipis,” ungkapnya.
Petani holtikultura di Desa Ladogahar, Kecamatan Nita, Egedius Laurensius Moat Paji mengakui dirinya pun mengalami krisis air setiap musim kemarau sehingga harus membeli air dari mobil tanki.
Erik sapaannya mengatakan, tanaman hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan yang ditanamnya memang hanya sekali saja dipanen dan dibiarkan karena setelah dihitung biaya produksinya besar sementara harga jual rendah.
“Banyak tanaman lombok yang hanya sekali panen saja saya biarkan saja meskipun masih bisa dua kali panen. Uang untuk membeli air besar sementara harga jualnya masih rendah,” ungkapnya.