Indonesia Butuh Banyak Fasilitas Iradiator untuk Tingkatkan Industri Pangan
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Dengan semakin meluasnya pengetahuan tentang iradiasi maka potensi pengembangan fasilitas iradiasi juga bisa dilakukan, dengan menggunakan teknologi hasil pengembangan anak negeri yang tentunya memiliki nilai ekonomi yang lebih murah jika dibandingkan apabila menggunakan teknologi impor.
“Seperti irradiator Merah Putih yang ada di Serpong, itu memiliki komponen dalam negeri hingga 80 persen. Dan pemanfaatan irradiator ini terus meningkat dengan berjalannya waktu. Sehingga sudah saatnya irradiator ini dibangun oleh pihak swasta. Dalam rangka memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan nilai ekspor dibidang agrikultur dan pangan, untuk mencapai cita-cita founding father kita yaitu masyarakat adil makmur yang diselenggarakan dengan bantuan atomic energy,” ucapnya.
Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN Totti Tjiptosumirat menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh PAIR merupakan suatu upaya untuk melestarikan pemanfaatan teknologi nuklir di bidang radioisotop dan radiasi, khususnya untuk makanan.
“Dalam hal ini adalah untuk lebih menyebarluaskan pemanfaatan radioisotop dan radiasi kepada masyarakat, pelaku usaha dan pemangku kepentingan. Untuk menunjukkan bahwa iradiasi itu aman dan bisa bermanfaat untuk meningkatkan nilai ekonomi yang ada,” kata Totti dalam kesempatan yang sama.
Ia menyatakan bahwa potensi radioisotop dan radiasi ini sangat besar, terutama jika bisa berkolaborasi dengan pihak swasta dalam bidang industri.
“Sehingga, roda perekonomian yang saat ini sedang terhambat oleh karena pandemi, bisa ditingkatkan dan memberikan peluang kepada Indonesia untuk bangkit. Yang sesuai dengan instruksi presiden agar semua bidang tancap gas dalam memperbaiki kondisi ekonomi,” ujarnya.