Kelola Lingkungan, Masyarakat Lokal Harus Dilibatkan
Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Alimpung, Rahmani membenarkan petani setempat mendapat hak untuk melaksanakan swakelola di kawasan Tahura Sultan Adam yang dirintis sejak tahun 2013, bahkan di tengah pandemi COVID-19, kehadiran Tahura Adam memberikan penghasilan yang maksimal bagi masyarakat.
Ketika banyak sektor usaha terganggu akibat pandemi, masyarakat petani yang tergabung dalam KTH Alimpung tetap mendapat penghasilan dari panen getah karet.
Selain itu, para petani juga mulai menikmati hasil dari tanaman kemiri, jengkol, cempedak, dan durian.
Rahmani menjelaskan bersama anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Alimpung memang sudah terbiasa untuk bercocok tanam sehingga ketika diminta untuk bersama-sama mengelola kawasan konservasi Tahura Sultan Adam langsung menyanggupi.
Kegiatan yang telah dilakukan beberapa tahun lalu itu sekarang mulai membuahkan hasil dan dinikmati para petani.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Lembaga Masyarakat Tiwingan, Ahmad Yani yang mengatakan dalam menjalankan program rehabilitasi dan konservasi DAS Tiwingan banyak tantangan yang harus dihadapi salah satunya meyakinkan masyarakat setempat untuk ikut berperan aktif dalam melakukan upaya transformasi dari lahan kritis menjadi produktif.
Masyarakat diajak untuk membangun pusat studi, pembenihan dan penanaman, pemeliharaan, hingga pembuatan pupuk organik yang membawa manfaat ekonomis secara langsung.
Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil bersama dengan petani setempat berhasil memproduksi 1,8 juta bibit pohon per tahun.
Dirinya bersama masyarakat lantas menanam pohon-pohon yang merupakan tanaman asli kawasan DAS Tiwingan seperti Mahoni, Karet, Kemiri, Durian, Cempedak dan Jengkol.