Kisah Reporter Istana Presiden Masa Soeharto

PRESIDEN Soeharto tersenyum, tampak puas seusai melempar pertanyaan bernada kelakar kepada audiens pada sebuah acara yang dijawab dengan persetujuan. “Kalau tidak ada yang dibagi. Memangnya, mau memeratakan kemiskinan. He he he,” kata Pak Harto ditirukan Parni Hadi, sang reporter yang pada saat itu meliput acara tersebut.

Melihat langsung bagaimana ekspresi Presiden Soeharto tersebut, Parni Hadi yang pernah bertugas sebagai reporter Istana Presiden dari tahun 1977 sampai 1979, pun mengamini apa yang ditulis wartawan senior Jerman, O.G. Roeder dalam otobiografinya, yang menyebutkan bahwa Soeharto seorang jenderal yang murah senyum. Parni Hadi menandaskan, Presiden Soeharto memang terkenal dengan sebutan “The Smiling General.”

Apa yang dideskripsikan Pardi Hadi saat Pak Harto menyinggung soal pembagian dan kemiskinan di atas, tidak lepas dari pembahasan dua hal berkaitan satu sama lain, yang hendak Parni Hadi ungkap. Yakni tentang Pers Pancasila dan tentu saja juga Trilogi Pembangunan.

Disebutkan bahwa landasan utama bagi pelaksanaan Pers Pancasila atau Pers Pembangunan, dalam pengertian pers harus mendukung pembangunan nasional adalah Trilogi Pembangunan. Trilogi Pembangunan terdiri dari tiga prinsip dasar pelaksanaan pembangunan secara berurutan. Pertama, stabilitas nasional (keamanan/pertahanan); Kedua, pertumbuhan ekonomi; dan Ketiga, pemerataan (hasil-hasil pembangunan).

Bagi Parni Hadi, ketiga prinsip dasar tersebut sangat logis sampai sekarang dan apalagi pada saat Pak Harto mulai berkuasa.

“Bagaimana mau membangun jika keadaan tidak stabil? Logiskan? Pembangunan perlu untuk pertumbuhan ekonomi. Betul kan? Pertumbuhan ekonomi untuk memperbesar ‘kue’ untuk dibagi. Setuju kan? Kalau tidak ada pertumbuhan atau ‘kue’ yang lebih besar, apa yang mau diratakan? Oke juga jawaban ini,” tanya  Parni Hadi beruntun seakan mengulik kita untuk bernalar.

Lihat juga...