LAPAN: Fenomena Cincin Matahari tak Ada Kaitan dengan Mistis

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Fenomena Cincin Matahari ternyata tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian mistis apa pun. Peneliti Sains Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Erma Yulihastin, menyatakan bahwa fenomena itu sepenuhnya ilmiah.

“Fenomena cincin matahari berwarna pelangi yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa beberapa waktu lalu menunjukkan sifat optis atmosfer, yang dapat membiaskan cahaya matahari. Selain itu, halo matahari juga mengindikasikan awan-awan yang terbentuk di wilayah tersebut merupakan jenis awan-awan sirus yang kaya kandungan partikel es,” kata Erma, saat dihubungi, Rabu (30/9/2020).

Ia memaparkan, cahaya matahari yang menuju ke bumi melewati atmosfer dan dapat mengalami berbagai proses, yaitu diteruskan (transmitted), diserap (absorbed), dipantulkan (reflected), dan dibiaskan (refracted).

Peneliti Sains Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Erma Yulihastin, saat dihubungi, Rabu (30/9/2020). –Foto: Ranny Supusepa

Sementara, radiasi cahaya matahari yang sampai ke Bumi merupakan jenis gelombang elektromagnetik.

“Kita dapat merasakan cahaya karena gelombang elektromagnetik menstimulasi ujung saraf, seperti halnya fungsi antena pada retina mata manusia yang terdiri dari dua bagian, yaitu batang dan kerucut,” ucapnya.

Batang retina, lanjutnya, berguna untuk merespons semua panjang gelombang cahaya tampak dan memberikan kemampuan pada manusia untuk membedakan terang dari gelap.

“Jika orang hanya memiliki reseptor tipe batang, maka ia hanya memiliki penglihatan hitam dan putih saja. Ada pun bagian kerucut merespons panjang gelombang tertentu dari cahaya tampak. Kerucut akan menembakkan impuls melalui sistem saraf ke otak, sehingga kita menganggap impuls ini sebagai sensasi warna,” urainya.

Lihat juga...