Limbah Gelas Plastik Tekan Biaya Media Semai Bibit
Editor: Koko Triarko
Penerapan yang dilakukan untuk pembibitan tanaman pala, gaharu, bakau dan jenis tanaman buah lainnya. Saat bibit tanaman telah berakar, bibit bisa dipisahkan dari media gelas plastik. Pencampuran media tanah, pupuk, pasir yang bisa dipisahkan, memudahkan penggunaan ulang gelas plastik. Maksimal gelas plastik bisa digunakan belasan kali, sehingga akan hancur dengan sendirinya.
“Setelah gelas plastik tidak digunakan, bisa dibersihkan lalu digiling menjadi bubuk plastik untuk dijual ke pengepul,” terang Idi Bantara.
Pemanfaatan limbah plastik untuk pembibitan menghasilkan ribuan tanaman di persemaian permanen. Berbagai bibit yang disiapkan meliputi tanaman kayu dan buah. Distribusi bibit tanaman diprioritaskan untuk rehabilitasi kawasan hutan dan daerah aliran sungai. Sejumlah lahan kritis bisa diselamatkan dengan jenis bibit yang diperoleh dari penyemaian memakai limbah gelas plastik.
Idi Bantara juga memakai media sekam padi hasil penggilingan gabah. Selain itu, jenis bubuk serabut kelapa (cocopeat) bisa dimanfaatkan. Media tanam lain berupa kotoran ternak sapi, kerbau dimanfaatkan sebagai campuran. Pembibitan di Desa Karangsari, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan terus mengaplikasikan media tanam dari limbah tersebut.
“Semua jenis limbah dicampurkan dengan komposisi tepat, difermentasi hingga bisa dipakai untuk penyemaian,” cetus Idi Bantara.
Penggunaan berbagai limbah pertanian itu, kata Idi Bantara, menjadi solusi meminimalisir pencemaran. Limbah sekam, cocopeat kerap hanya dibakar mencemari lingkungan. Limbah kotoran ternak juga berpotensi menimbulkan pencemaran udara. Sebagai solusi penggunaan limbah untuk penyemaian, ikut mempercepat proses penguraian menjadi tanah.