Makna Khalifah dalam Surah Al-Fatihah

OLEH HASANUDDIN

RAMAI perbincangan tentangan khalifah, khilafah, khalaf, dan bentuk-bentuk uraian kata lainnya yang umumnya dialamatkan pada Surah Al-Baqarah (2) ayat 30, “Inni jailun fil ardhi khalifah.”

Namun sepanjang yang kami amati, belum ada tulisan yang membahas makna khalifah merujuk pada Surah Al-Fatihah, yang barangkali disebabkan karena dalam surah yang disebut juga sebagai ‘As-Sab Al-Masani’ ini tidak ada kata khalifah. Tentu saja kata khalifah tidak ada dalam Surah Al-Fatihah, seperti halnya kita tidak temukan kata “ikhlas” dalam Surah Al-Ikhlas.

Tapi apakah tidak terdapat “makna” di dalam Surah Al-Fatihah yang menunjukkan sebab mengapa manusia disebut sebagai khalifah? Kami akan bahas perihal ini pada kesempatan pembahasan berikut. Sebelumnya agar untuk mengingatkan kepada yang telah lupa, dan barangkali dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi yang belum paham, kami akan uraikan dulu beberapa hal mengenai Surah Al-Fatihah ini.

Al-Fatihah ini disebut pula dengan “Pembuka Kitab” (Fatihah Al-Kitab), karena Al-Kitab dari segi isyarat adalah ibarat untuk “Objek Ciptaan Pertama” (al-mubda-al awwal), Ibnu Sina dan Ibnu Arabi menyebutnya sebagai akal pertama. Surah ini dinamakan Al-Fatihah karena ia adalah permulaan yang melaluinya kitab wujud/eksistensi terbuka.

Maka ia juga adalah al-misl (yang serupa) yang tersucikan sebagaimana dalam firman-Nya, “Laisa kamisli syaiun“. Yang jika huruf “kaf” pada kata ‘kamisli’ dijadikan sifat, ayat tersebut dapat diartikan “tiada sesuatu pun yang serupa dengan misl-Nya”. Sehingga Allah swt., menciptakan “al-misl” diibaratkan dengan Al-Fatihah, selanjutnya Dia mewujudkan Al-Kitab dan menjadikannya sebagai “al-misl” tersebut sebagai kunci pembuka bagi-Nya.

Lihat juga...