Menebar Semangat Lewat Kartun ‘Tumpah Rasa Covid-19’

Nuriarta menambahkan, karya kartun yang dimuat ada berupa karya kartun satu panel, ada juga karya kartun berupa kartun strip. “Buku ini menjadi salah satu bentuk kolaborasi mahasiswa dan dosen dengan berbagai perspektif melihat pandemi,” ucapnya.

Dalam karya kartun yang ditampilkan diantaranya ada yang mengangkat sisi penggunaan masker, pelaksanaan “rapid test”, sosok seram virus corona, “lockdown”, pembatasan kegiatan masyarakat di Kota Denpasar, “new normal”, beban keluarga di masa pandemi, hingga fenomena masyarakat yang beramai-ramai bermain layangan dan sebagainya.

“Kami berharap kegiatan ini bisa berlangsung setiap tahun dengan peserta yang melibatkan tingkat daerah dan nasional,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual Cokorda Alit Artawan, SSn, MSn mengatakan pandemi COVID-19 telah menjadikan masyarakat di seluruh dunia muram, kehilangan senyum, kehilangan tawa.

“COVID-19 menjadi virus yang menakutkan tahun 2020. Kita kehilangan senyum olehnya, padahal senyum dan tawa sangat kita butuhkan untuk tetap menjadikan diri waras dan meningkatkan imun. Maka, untuk menyelamatkan kewarasan tersebut, festival kartun ini sengaja dihadirkan,” ucapnya.

Dosen dan mahasiswa ISI Denpasar ingin mengubah ketakutan karena pandemi COVID-19 tersebut menjadi senyum dan tawa.

“Yang jelas, kami tidak bermaksud meremehkan virus corona, tetapi kami memandang persoalan senyum dan tawa yang harus tetap kita miliki dalam berbagai situasi. Semangat berjuang untuk melawan COVID-19 tetap ingin kami sampaikan dalam karya-karya kartun,” ujar Alit Artawan.

Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar Dr Anak Agung Gde Bagus Udayana berpandangan Festival Kartun dan juga penerbitan Buku Ontologi “Tumpah Rasa COVID-19” merupakan respon yang sangat cerdas.

Lihat juga...