Miskomunikasi Sains Akibatkan Tujuan Kajian Ilmiah Megathrust tak Terwujud

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Kajian ilmiah, seyogyanya dijadikan tolok ukur bagi semua pihak untuk lebih meningkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.

“Perlu ada upaya serius dari berbagai pihak untuk mendukung dan memperkuat penerapan building code dalam membangun infrastruktur. Masyarakat juga diharapkan terus meningkatkan kemampuan dalam memahami cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami,” lanjutnya tegas.

Ia menyatakan BMKG mengapresiasi hasil kajian tersebut yang menampilkan skenario dari model gambaran terburuk (worst case) yang dapat dijadikan acuan dalam upaya mitigasi, guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami.

Peta seismisitas Indonesia yang menunjukkan potensi gempa bumi (warna merah), Senin (28/9/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Informasi potensi gempa kuat di zona megathrust memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian (misleading). Masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkinan dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan,” paparnya.

Ia mengharapkan setiap informasi yang berasal dari hasil kajian ilmiah tidak disikapi dengan kecemasan dan kekhawatiran.

“Tetapi harus segera direspon dengan upaya mitigasi yang nyata. Apakah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi, latihan evakuasi (drill), menata dan memasang rambu evakuasi, menyiapkan tempat evakuasi sementara, membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, serta meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami,” pungkasnya.

Lihat juga...