Pentingnya Memahami Hasil Laboratorium bagi Pasien Hemodialisa

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Sebagai salah satu jenis gangguan pada fungsi tubuh, gagal ginjal termasuk penyakit yang membutuhkan pengecekan laboratorium secara berkala. Baik yang masuk dalam tahap 2 atau yang sudah memasuki tahap cuci darah (Hemodialisa – Hd) maupun bagi yang sudah menjalani transplantasi ginjal.

Sehingga, penting bagi pasien dan pendamping pasien untuk memahami hasil laboratorium untuk melakukan pola hidup yang sesuai dan seimbang.

Seorang pendamping pasien gagal ginjal Dea Vamondo, menceritakan suaminya adalah pasien gagal ginjal yang sudah melakukan transplantasi ginjal pada tahun 2018.

“Tidak ada yang memikirkan tentang gagal ginjal. Saat hasil lab pertama keluar, yang menyatakan fungsi ginjal 2 persen, kretinin 26 dan ureum 300, kita tidak sadar kalau itu sudah jelek. Ya karena memang pengetahuan kita kurang banget,” kata Dea dalam talkshow kesehatan yang digelar oleh RS Yarsi, Selasa (15/9/2020).

Pendamping pasien gagal ginjal, Dea Vamondo saat talkshow RS Yarsi, Selasa (15/9/2020). -Foto Ranny Supusepa

Karena tidak tahu itu, lanjutnya, diputuskan untuk melanjutkan pemeriksaan beberapa hari setelahnya.

“Jadi, kita periksa itu sabtu. Akhirnya, kita putuskan, senin saja kembali untuk pemeriksaan selanjutnya. Ternyata, suami drop malam itu. Saya langsung bawa ke UGD sambil membawa hasil tes,” ujar Dea menceritakan.

Dari sejak itu, Dea menyebutkan suaminya menjadi pasien cuci darah.

“Ternyata, dengan Hd, kita semakin tahu bahwa bukan hanya Kreatinin dan Ureum saja yang harus kita pahami dari hasil lab yang keluar. Ada juga fosfor dan veritin (kadar besi) yang harus kita ketahui, karena mampu menimbulkan gangguan pada kondisi fisik,” ucapnya.

Lihat juga...