Petani Manfaatkan Pekarangan Untuk Tambah Penghasilan

Editor: Koko Triarko

Memanfaatkan lahan seluas 200 meter, ia menanam ratusan tanaman tomat, cabai, terong, sawi dan kangkung. Pengolahan lahan dilakukan bersama sang istri, di sela merawat tanaman padi yang telah memasuki masa menguning.

Tanaman tomat yang dipanen menghasilkan rata-rata 20 kilogram sepekan dua kali. Dijual per kilogram Rp4.000, kerap digunakan untuk barter dengan tempe dan ikan asin.

Selain tomat, sayuran cabai keriting, kangkung, sawi dan terung telah berbuah. Meski komoditas sayuran sedang anjlok, ia menyebut tidak harus mengeluarkan uang untuk kebutuhan dapur.

Berbagai jenis sayuran yang telah diikat dan dikemas akan diambil pedagang sayuran keliling untuk dijual kembali. Hasil penjualan bisa dipergunakan untuk memenuhi pembelian kuota internet anak.

“Selama sekolah belum melakukan sistem belajar tatap muka, pembelian kuota internet selama empat bulan ini menjadi kebutuhan pokok anak,” cetusnya.

Pemanfaatan pekarangan, menurut Pratekat berguna untuk menenuhi kebutuhan pangan keluarga. Ia memilih melakukan penghematan sembari menunggu masa panen padi sawah. Adanya bantuan langsung tunai (BLT) berasal dari Dana Desa (DD) sebesar Rp600.000, digunakan sementara untuk menebus pupuk Urea, NPK dan SP-36. Sayuran yang ditanam dengan sistem organik sekaligus menjadi asupan gizi bagi keluarga.

Masriah, sang istri, menyebut memanfaatkan pekarangan memiliki fungsi ganda. Sebagai sumber sayuran sekaligus untuk mengisi kesibukan sehari-hari. Ia berbagi tugas dengan suami yang merawat sawah jelang proses panen.

Perawatan sayuran di pekarangan, menurutnya lebih mudah karena mudah pengawasan. Berbagai jenis tanaman sayuran dipagar memakai waring mencegah ayam dan bebek, masuk.

Lihat juga...