Produk Berlabel ‘Palm Oil Free’ Masih Beredar
“Label palm oil free ini bisa jadi marketing strategi dengan memberikan klaim lebih sehat, lebih ramah lingkungan, namun sebenarnya merupakan boikot kelapa sawit karena mempengaruhi konsumen secara langsung,” ujar Dupito.
Sekjen Gabungan Pengusaha Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Stefanus Indrayana, menyatakan industri makanan olahan bergantung pada minyak kelapa sawit dan produk turunannya. Dari semua produk makanan di pasar global, 50 persennya menggunakan minyak sawit. Ini jauh lebih tinggi dari penggunaan minyak canola, minyak bunga matahari (sunflower) atau pun minyak kedelai.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Mahendra Siregar, menyatakan tingginya ketergantungan dunia terhadap minyak kelapa sawit, maka diskriminasi terhadap produk ini makin besar akibat perang dagang minyak nabati global.
“Jangan terbuai dengan angka ekspor-impor. Meningkatnya nilai ekspor ke Eropa diklaim sebagai bukti tidak adanya diskriminasi sawit oleh negara Uni Eropa. Padahal, peningkatan angka tersebut karena anjloknya produksi minyak nabati EU akibat temperatur ekstrem dan wabah COVID -19,” tegasnya. (Ant)