Produksi Tungku Tanah Kala Kemarau Tingkatkan Permintaan Sekam Padi

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Usaha pembuatan tungku tanah milik Budiono, warga Desa Sukamulya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan (Lamsel) meningkat kala kemarau.

Ia menyebut faktor alam yang mendukung untuk pengeringan tungku berimbas kebutuhan sekam padi bertambah. Sekam padi yang merupakan limbah penggilingan dimanfaatkan sebagai bahan baku dan pembakaran.

Bahan utama tungku tradisional menurut Budiono berupa tanah liat, tanah biasa, abu sekam. Semua jenis bahan tersebut dicampurkan memakai air lalu dicetak memakai alat khusus. Kemarau diakuinya sangat tepat untuk proses pembuatan tungku tanah. Sebab proses pengeringan tungku bisa berlangsung cepat dibandingkan musim penghujan.

Kebutuhan sekam untuk bahan baku pembuatan tungku disebut Budiono mencapai dua ton lebih. Stok yang telah disimpan dalam sejumlah karung akan didaur ulang. Sekam yang digunakan untuk proses pembakaran genteng, batu bata dan tungku bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku. Cara tersebut lebih efisien dalam penggunaan bahan baku.

Proses pembuatan tungku memakai tanah liat, tanah dan abu sekam di Desa Sukamulya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, Selasa (1/9/2020) – Foto: Henk Widi

“Proses pembuatan tungku memakai limbah sekam penggilingan untuk membakar tungku, residu abu bisa kembali dimanfaatkan untuk pembuatan tungku, jika kurang pasokan bisa diperoleh dari produsen genteng dan batu bata,” terang Budiono saat ditemui Cendana News, Selasa (1/9/2020).

Saat kemarau dengan potensi proses pengeringan lebih cepat ia menambah stok sekam. Sekam atau dikenal dengan istilah brambut dibeli dari pemilik usaha penggilingan seharga Rp3.000 hingga Rp5.000. Harga Rp3.000 diperoleh jika sekam belum dimasukkan dalam karung sementara harga Rp5.000 diperoleh dari pengepul yang telah dikemas dalam karung.

Lihat juga...