Psikolog Tanggapi Anak Muda Semarang Enggan Terapkan Prokes
Editor: Koko Triarko
SEMARANG – Anggapan, bahwa Covid-19 hanya menyerang pada orang tua, serta mereka yang mempunyai riwayat penyakit penyerta atau komorbid, ditengarai menjadi penyebab banyaknya anak muda yang enggan menerapkan protokol kesehatan di Kota Semarang.
“Para anak muda ini merasa sehat, imun tubuh kuat, sehingga mereka enggan atau malas menerapkan protokol kesehatan. Termasuk enggan untuk memakai masker, serta menjaga jarak,” papar Kepala Pusat Kependudukan Perempuan dan Perlindungan Anak (PKPPA) UPGRIS, Dr. Arri Handayani di Semarang, Minggu (20/9/2020).
Di satu sisi, untuk mengubah sebuah kebiasaan atau paradigma itu tidak mudah dan butuh waktu yang lama. Terlebih, pada individu-individu yang tidak punya kesadaran.
“Akibatnya, mereka para anak muda ini, memilih untuk melakukan aktivitas new normal sesuai cara pandang mereka, seperti sebelum ada pandemi. Jadi, tidak perlu memakai masker atau jaga jarak,” terangnya.
Dalam upaya untuk menumbuhkan kesadaran pribadi yang benar tentang Covid-19, diakuinya tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa.
“Orang itu akan lebih mudah dan mau melakukan perubahan kalau dia sendiri yang mengalami. Namun harapannya kan tidak seperti itu, sebisa mungkin jangan sampai mereka ini sakit, baru kemudian sadar tentang bahaya Covid-19 dan mau menerapkan protokol kesehatan,” tambahnya.
Lulusan doktor ilmu psikologi lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut, menilai cara efektif untuk mengedukasi para anak muda agar mau menerapkan protokol kesehatan, dengan cara menggandeng influencer yang bisa memberikan pengaruh, hingga media sosial.
“Cara-cara sosialisasi konvensional, kurang mengena bagi anak muda. Untuk itu, perlu seseorang yang mereka percaya dalam menyampaikan sosialisasi tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan, sehingga para anak muda ini mau mengikuti. Gaya-gaya anak muda itu seperti ini,” jelas Arri.