Sekolah Lapang Cegah Pembukaan Lahan dengan Cara Membakar

Lahan gambut yang terbakar akibat kondisi cuaca panas di Desa Jukio Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Selatan,-Dok: CDN

JAKARTA – Badan Restorasi Gambut (BRG) menyatakan, sejak 2017 telah mencari jawaban untuk mencari solusi pembukaan lahan gambut tanpa membakar, salah satunya melalui sekolah lapang.

Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan (ESPK) BRG, Myrna A. Safitri, mengatakan inovasi membuka lahan tanpa bakar ini telah didiskusikan dengan ahli dari perguruan tinggi.

“Ini bagian dari kearifan lokal baru yang dibangun oleh masyarakat, untuk merespons perubahan ekosistem gambut yang ada dan kebijakan penegakan hukum,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (5/9/2020).

BRG, lanjutnya, sejak 2017 juga mengenalkan paralegal di Desa Peduli Gambut kepada masyarakat yang tinggal di sekitar gambut.

Myrna mengatakan, tujuan paralegal ini untuk memberikan bantuan hukum nonlitigasi dan edukasi hukum kepada masyarakat. Hingga 2019, sudah ada 759 paralegal di tujuh provinsi yang menjadi fokus restorasi BRG.

“Hampir tiga tahun terakhir 152 kasus hukum yang didampingi paralegal. Kasus sebagian besar terkait lingkungan dan pertanahan,” kata dia.

Selain edukasi hukum, menurut dia, sekolah lapang juga memberikan pendampingan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang mana saat ini ada 1.019 kader dengan mengembangkan areal uji coba alami pada 265 demonstration plot (demplot).

“Ini menunjukkan pemerintah desa memberikan APBDes untuk kegiatan pertanian yang ramah ekosistem gambut,” ujar dia.

Myrna menyebutkan, dalam uji coba yang terus dilakukan petani selama dua tahun terakhir, di beberapa tempat para petani sudah memetik hasilnya tanpa merusak lingkungan.

Sebelumnya, Direktur Advokasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Tommy Indyan, menyatakan tantangan mencegah kebakaran hutan tidak saja pada persoalan teknis, namun ada wilayah kebudayaan yang hinggap dalam diskursus ini.

Lihat juga...