Suka dan Duka Menjaga Keberlanjutan Ekologi Kawasan Wisata Bahari
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Saiman Alex juga menyebut konservasi terumbu karang tetap dilakukan. Sejumlah terumbu karang yang telah mati imbas terkena jaring diantisipasi dengan larangan memakai jaring dasar. Penggunaan zat kimia dan bom ikan dilarang bersamaan dengan larangan menangkap ikan langka dan penyu. Saat mendapat tangkapan penyu nelayan wajib melepasliarkan.
Konsep wisata berkelanjutan juga dilakukan oleh pengelola pantai Pulau Mengkudu. Berjarak sekitar dua mil dari pantai Minang Ruah, Pulau Mengkudu dikelola Pokdarwis Ragom Helau, Desa Totoharjo.
Rohmat, Ketua Pokdarwis menyebut, pantai dan pulau tersebut ikut terimbaa tsunami dua tahun silam. Saat musim angin barat dan selatan pantai porak poranda.
“Bentang alam penghias pantai berupa pasir timbul hilang selama setahun, lalu muncul kembali dan terumbu karang terangkat ke daratan,” bebernya.
Berkat perjuangan para pengelola di antaranya Yodistira Nugraha yang mendorong konservasi terumbu karang upaya tranplantasi dilakukan. Konsep adopsi terumbu karang dengan menanamnya di dasar laut memakai teknik snorkeling jadi cara mengajak wisatawan mencintai biota laut. Perubahan iklim, cuaca sebutnya, berimbas kerusakan biota laut terutama terumbu karang.
Pengelola dan warga diakui Rohmat semula menggunakan dana swadaya. Mengembalikan pantai agar jadi objek wisata bahari yang apik tetap terkendala alam. Sebab siklus alam berimbas gelombang perairan membawa sampah plastik dan limbah pertanian. Gotong royong menjaga lingkungan dilakukan dengan penanaman pohon.