Usaha Kuliner Bantu Penyerapan Hasil Panen Petani Pisang Lamsel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Kiriman komoditas pisang sebagian dialihkan ke Sumatera Selatan karena lebih lancar melalui jalan tol,” cetusnya.
Penurunan permintaan dari pasar luar pulau menurutnya berimbas kerugian. Sebab sistem bayar sebagian oleh pelapak membuat ia harus menanggung biaya operasional pengiriman sebelum masa PSBB.
Sebagian komoditas pisang terpaksa dijual pada pasar lokal terutama pada pengusaha kuliner pembuatan keripik dan olahan pisang. Langkah tersebut dilakukan meminimalisir kerugian.
Jarnah, pemilik usaha kuliner berbagai jenis gorengan mengaku mendapat pasokan pisang dari pengecer. Pisang yang telah matang merupakan hasil panen petani di wilayah Penengahan dan Bakauheni.
Jenis pisang yang digunakan meliputi janten, kepok, raja nangka. Ia membeli dari pengecer per sisir seharga Rp4.000. Diolah dengan cara digoreng pisang bisa memiliki harga jual lebih tinggi.
Hasil pengolahan pisang menjadi gorengan menurutnya mampu menyerap 50 kilogram per hari. Memiliki usaha yang buka selama 24 jam di Jalan Lintas Timur membuat kebutuhan pisang harus selalu tersedia.
Penyerapan pisang yang stabil diiringi dengan minat pekerja sektor informal di pelabuhan Bakauheni pada kuliner berbahan pisang. Selain pisang ia mengolah ubi jalar, singkong, tempe dengan cara digoreng.