Sekolah Roboh, Warga Berharap PLK Wairbukan Diperbaiki
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Brebo juga berharap agar KBM bisa berjalan efektif setiap hari dan guru-guru yang mengajar di tempat ini harus diberi upah yang layak mengingat lokasi sekolah juga sangat jauh dari jalan raya di desa.
Ia katakan, untuk sampai ke lokasi sekolah para guru harus berjalan kaki mendaki bukit melewati hutan lindung sejauh sekitar 3 kilometer dan membutuhkan waktu minimal satu jam perjalanan.
“Harusnya para guru diberikan gaji yang layak dan bonus agar mereka bisa mengajar setiap hari. Bila perlu guru-guru disediakan mess guru agar bisa mengajar efektif dan tidak setiap hari harus berjalan kaki pulang pergi ke Wairbukan untuk mengajar,” sarannya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelola Hutan (UPT KPH) Kabupaten Sikka, Benediktus Hery Siswadi mengatakan, Kampung Waibukan, Leng dan Kokonpuat warganya berdiam sejak turun temurun di dalam kawasan hutan lindung.
Hery menyebutkan, Kampung Wairbukan dihuni sekitar 48 Kepala Keluarga sementara Leng dan Kokonpuat jumlahnya sekitar 20 KK, lokasinya berdekatan dengan Wairbukan hanya dibatasi bukit saja.
“Kalau pembangunan gedung sekolah pemanen di dalam kawasan hutan lindung, maka warga harus membuat surat usulan pinjam pakai kawasan kepada kami untuk diteruskan ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),” ucapnya.
Hery katakan, kebijakan ini sama seperti pembangunan gedung Posyandu yang ada di Kampung Wairbukan dan Leng yang sudah dilakukan beberapa tahun lalu sehingga sebulan sekali pemeriksaan kesehatan bisa dilaksanakan di gedung semi permanen.
“Kalau bisa dibuat usulan agar status PLK bisa menjadi sekolah negeri sehingga anak-anak dari Kampung Leng dan Kokonpuat bisa bersekolah di Wairbukan. Selama ini anak-anak Kampung Leng dan Kokonpuat bersekolah di Desa Nangatobong,” jelasnya.