Warga Sanan Siap Produksi Suvenir Batu Hias

Editor: Makmun Hidayat

“Karena di kampung Sanan ini ada sungainya, jadi kita ambil batuanya dari sana,” terangnya.

Dikatakan Agung, melukis di atas batu koral memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan diperlukan kesabaran ekstra, karena cat yang dilukiskan ke atas batu harus menunggu kering dulu baru bisa ditimpakan cat berikutnya. Oleh sebab itu untuk lebih mempermudah, selain menggunakan batu koral juga digunakan batu ubin.

“Kita juga menggunakan batu ubin ini karena memiliki bidang datar dan cat mudah menyerap, sehingga lebih mudah untuk dilukis,” ungkapnya.

Terkait harga, menurut Agung dikisaran Rp10 ribu karena batunya dilukis dengan tangan bukan dicetak atau disablon sehingga ada nilai seninya. “Tapi kalau diproduksi banyak, harganya bisa ditekan sehingga menjadi lebih murah mungkin Rp5 ribu,” ucapnya.

Koordinator peserta pelatihan, Dra. Trinil Sri Wahyuni, menunjukkan kerajinan batu hias karya warga Sanan, Sabtu (26/9/2020). -Foto: Agus Nurchaliq

Sementara itu koordinator peserta pelatihan, Dra. Trinil Sri Wahyuni mengatakan, hasil kerajinan dari pelatihan tersebut nantinya akan dijual ketika ada kunjungan ke kampung Sanan, karena setiap bulannya banyak tamu yang datang ke kampung Sanan mulai dari siswa sekolah, mahasiswa sampai para pejabat bahkan dari wisatawan mancanegara.

“Kerajinan batu hias ini akan kami masukkan ke dalam paket wisata edukasi yang ada di Sanan terkait pembuatan kripik tempe sebagai suvenir kepada para pengunjung,” terangnya.

Dijelaskan Trinil, proses pembuatan batu hiasnya sendiri terbilang cukup sederhana. Setelah dicuci bersih, batu kemudian di cat dengan cat genteng. Setelah itu baru dilukis dengan cat akrilik sesuai dengan inspirasi Ibu-ibu.

Lihat juga...