Harga Merangkak Naik Untungkan Petani Cabai Musim Gadu
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Musim tanam kemarau atau gadu dimanfaatkan sebagian petani di Lampung Selatan memanfaatkan lahan untuk budidaya tanaman cabai. Selain karena kurangnya pasokan air, mereka memprediksi permintaan akan meningkat menjelang akhir tahun.
Darsi, petani di Dusun Harapan, Desa Sumur, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan menanam sekitar 3000 batang. Pengalaman sebagai petani puluhan tahun membuat budidaya cabai dilakukan dengan perhitungan tepat. Bermodalkan mulsa plastik, pupuk kandang, ajir bambu ia membudidayakan cabai yang bisa dipanen saat usia 80 hari.
Budidaya cabai tahap dua tahun ini sebut Darsi jadi penutup kerugian penanaman awal tahun. Sebab saat awal tahun harga cabai anjlok hingga Rp14.000 perkilogram di level petani. Faktor pandemi Covid-19 berimbas acara pernikahan, khitanan dan keramaian dilarang mempengaruhi penurunan permintaan cabai keriting.
“Stok melimpah tak sebanding dengan permintaan imbasnya harga anjlok di level petani sehingga kami merugi, hanya balik modal operasional bahkan bisa disebut minus, penanaman kali ini dipastikan lebih untung,” terang Darsi saat ditemui Cendana News di kebunnya, Senin (12/10/2020).
Darsi bilang ia memanfaatkan sekitar dua hektare lahan untuk budidaya jagung dan cabai. Satu hektare setengah dimanfaatkan untuk penanaman jagung dan sisanya untuk budidaya cabai. Modal yang dikeluarkan untuk budidaya tahap dua saat musim gadu mencapai Rp10 juta. Modal tersebut belum termasuk operasional, pupuk, pembelian ajir dan obat sehingga total modal Rp20 juta.
Harga jual cabai keriting di level petani memasuki bulan Oktober mencapai Rp24.000 per kilogram. Sesuai dengan kalkulasi panen satu fase penanaman ia memastikan hasil mencapai 2 ton.