Harga Merangkak Naik Untungkan Petani Cabai Musim Gadu
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Hasil panen ditampung pengepul yang juga menjadi pemodal bagi saya untuk budidaya tanaman cabai,” terang Darsi.
Memiliki lahan pertanian yang berada di dekat sungai membuat sistem irigasi tak sulit baginya. Meski masa tanam gadu ia tetap bisa melakukan proses penyiraman tanaman cabai dengan sistem kocor. Penanaman memakai mulsa plastik membuat lebih mudah melakukan penyiraman. Air yang dipompa dari sungai ditampung pada bak semen. Pupuk kandang, Urea, NPK akan dilarutkan dalam kolam.
“Selanjutnya air bercampur pupuk akan disalurkan dengan sistem irigasi tetes untuk efesiensi tenaga,” tegas Darsi.
Petani lain yang memanfaatkan peluang naiknya harga cabai adalah Danang. Pekerja di lahan milik Atin, warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan itu menyebut menanam sekitar 5.000 batang. Sebelumnya dengan jumlah tanaman yang sama dihasilkan sekitar 3 ton buah cabai. Harga yang merangkak dari Rp15.000 naik menjadi Rp24.000 per kilogram menguntungkan petani.
“Tanaman cabai yang mulai berbuah siap diberi ajir merupakan kelanjutan budidaya tanaman melon,” ujarnya.
Hasil panen cabai sudah dipesan oleh pengepul yang akan mengirimnya ke wilayah Sumatera Barat. Sebelumnya hasil panen yang murah hanya dijual pada pasar lokal. Saat musim gadu pertumbuhan tanaman cabai lebih baik. Sebab bunga yang dihasilkan berkembang dengan baik dengan tingkat kerontokan minim.