Pembangunan di Letti dan Kisar Perlu Pertimbangkan Kondisi Alam
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Pengembangan wilayah Pulau Letti dan Pulau Kisar yang diupayakan pemerintah, disambut baik para peneliti. Selama pengembangannya disesuaikan dengan hasil analisa pada variabel kelautan dan sumber daya yang berkelanjutan.
Peneliti Penginderaan Jauh Kelautan, Balai Riset Observasi Laut (BROL), Dr. Bambang Sukresno, MSi, menyatakan, dalam proses pembangunan suatu daerah, maka yang perlu diperhatikan adalah sumber daya alamnya.
“Jadi untuk Pulau Letti dan Pulau Kisar ini, yang harus diperhatikan adalah potensi perikanannya. Sehingga, pengembangan wilayahnya bisa terjamin. Misalnya, data potensi ikan,” kata Bambang dalam salah satu talk show online, Sabtu (17/10/2020).
Dari data, lanjutnya, tercatat di kawasan Maluku Barat Daya ini, memiliki potensi ikan yang cukup besar setiap tahunnya. Yaitu, pelagis besar, pelagis kecil dan demersal dengan nilai potensi secara berurut adalah 528,42 ton, 1.036 ton dan 975,5 ton dalam periode tahunan.
“Jumlah penduduk yang tercatat menggantungkan hidupnya pada sumber daya ini adalah 12,51 persen dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Data tahun 2019, menunjukkan adanya 134 nelayan di Kisar Utara dengan perahu tanpa motor 78 buah, perahu motor tempel 28 buah, kapal motor 1 dan 581 nelayan di Letti dengan perahu tanpa motor 287 buah, perahu motor tempel 222 buah dan kapal motor 24,” ujarnya.
Komoditas perikanan tangkap yang tercatat di perairan Maluku Barat Daya meliputi Lalosi (ekor kuning – Caesio sp), cakalang, komo (tongkol), momar (layang), geropa (kerapu) dan gaca (kakap).
“Yang perlu ditekankan adalah semua itu adalah data ikan yang ada. Tapi untuk memastikan peta prakiraan daerah penangkapan ikan maka perlu mempertimbangkan faktor lingkungan, karakteristik oseanografi dan data satelit, yang memanfaatkan teknologi observasi laut, penginderaan jauh kelautan dan pemodelan laut,” papar Bambang.