Pembangunan di Letti dan Kisar Perlu Pertimbangkan Kondisi Alam
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Data lengkap terkait kedua pulau ini dikumpulkan sejak tahun 2015, baik dengan menggunakan Kapal Baruna Jaya maupun menggunakan data dari stasiun metrologi Mali serta data TNI AL,” kata Johanis secara online dari Ambon, Maluku.
Secara geografi, Pulau Letti dan Pulau Kisar berada pada sisi selatan Laut Banda. Dan data menunjukkan bahwa pasang surut memiliki pengaruh cukup besar pada kegiatan di kedua pulau ini. Dalam artian, kebijakan pembangunan pantai seperti dermaga maupun pasar apung, haruslah mempertimbangkan data-data ini.
“Berdasarkan analisa konstanta harmonik pasut (red: pasang surut) dalam metode Admiralty menunjukkan ada perbedaan antara bulan Januari, April, Juni dan Oktober dan kecenderungan pasutnya adalah campuran dan tinggi airnya juga tidak beraturan,” urainya.
Iklim Maluku Barat Daya secara keseluruhan adalah iklim laut tropis dan iklim monsun. Dan perubahan metrologi dapat berlangsung cepat bergantung pada musim yang dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia.
“Suhu udara, terpantau rerata 27,6 derajat Celcius dengan suhu minimum absolut 21,8 derajat Celcius dan suhu maksimum absolut 33,0 derajat Celcius. Suhu terendah, tercatat pada Juni 2014 yaitu 22,7 derajat Celcius pada bulan Juni dan tertinggi pada 31,7 derajat Celcius juga pada November 2014, yaitu pada saat El Nino terjadi,” urainya lagi.
Dengan curah hujan yang kurang dari 1.000 mm per tahun, wilayah ini masuk dalam kategori Zona E3 dengan bulan basah lebih dari tiga bulan dan kering 4-6 bulan. Kelembaban udara relatif rata-rata 78,5 persen, terendah 60 persen pada September Oktober November (SON) dan tinggi mencapai 99 persen pada Januari Februari Maret (JFM). Penyinaran matahari rata-rata 71 persen dan tekanan udara rata-rata 1.011,8 milibar.