Pengrajin Tempe Kampung Sanan Merugi Imbas Pandemi

Editor: Makmun Hidayat

MALANG — Ratusan pengrajin tempe dan keripik tempe di sentra industri tempe kampung Sanan, kota Malang, mengalami kerugian yang cukup besar akibat kondisi pandemi Covid-19. Pasalnya, permintaan tempe maupun keripik tempe menurun drastis sejak awal pandemi bulan Maret lalu. 

Ketua Upaya Kesehatan Kerja UKK pengrajin tempe dan keripik tempe Sanan, Dra. Trinil Sriwahyuni mengatakan, selama pandemi, pengrajin tempe dan keripik tempe di Sanan banyak sekali mengalami kerugian. Apalagi saat itu harga kedelai sempat mengalami kenaikan.

“Harga kedelai sempat naik yang biasanya hanya Rp7.250 per kilogram menjadi Rp7.750 per kilogram. Sedangkan permintaan pembuatan tempe sendiri jauh berkurang sehingga pengrajin merugi,” jelasnya kepada Cendana News saat ditemui di kampung Sanan, Selasa (13/10/2020).

Dra.Trinil Sriwahyuni, menunjukkan kedelai yang digunakan pengrajin tempe di kampung Sanan, Selasa (13/10/2020). -Foto: Agus Nurchaliq

Menurutnya, permintaan tempe maupun keripik tempe jauh berkurang karena wisatawan selama pandemi dilarang masuk ke kampung Sanan. Belum lagi pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi akses perjalanan menyebabkan keripik tempe yang biasanya dikirim ke luar Malang menjadi tidak bisa terkirim.

“Biasanya kalau hari raya di kampung Sanan itu waktunya panen. Tapi hari raya kemarin itu pengrajin tempe maupun keripik tempe betul-betul merugi,” akunya.

Bahkan, tandasnya, ada pengrajin yang terpaksa membakar keripik tempenya karena sudah lama tidak laku dan kondisinya sudah berjamur.

Lihat juga...