Permintaan Pakan Pembudidaya Udang dan Ikan di Lamsel, Turun
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Musim kemarau berdampak serius pada sektor perikanan budidaya di sejumlah desa di Lampung Selatan, hingga terjadi pengurangan lahan petak petambak beroperasi. Akibatnya permintaan pakan pun turut menurun.
Sohari, petambak vaname di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan menyebut kemarau berimbas sejumlah petak tambak berkurang. Sebanyak delapan petak tambak seluas empat hektare hanya dioperasikan dua petak.
Imbasnya kebutuhan pakan berkurang dari total empat ton menjadi dua ton. Satu petak lahan tambak dengan tebaran benur (benih udang) dibutuhkan sekitar 8000 ekor. Pada sistem budidaya dengan semi intensif memakai kincir air diperoleh hasil sekitar 2 ton. Kebutuhan pakan rata-rata satu ton diperoleh dari toko pakan yang sekaligus bos penampung udang. Pinjaman modal pakan jadi cara memperlancar usaha budidaya vaname.
Berkurangnya lahan tambak yang dioperasikan sebut Sohari untuk memaksimalkan kebutuhan air. Ia hanya mengoperasikan dua tambak dampak modal yang terbatas. Kebutuhan benur atau post larva (PL) ukuran 10 dibeli seharga Rp100. Dalam kurun waktu selama 100 hari ia bisa melakukan panen. Namun usia 50 hingga 75 hari ia bisa melakukan panen parsial.
“Saya tetap mengoperasikan tambak saat kemarau untuk menghindari kerusakan fasilitas karena tanpa diisi air berpotensi mengakibatkan kebocoran terpal serta ditumbuhi rumput, terbatasnya lahan tambak berimbas kebutuhan pakan menurun,” terang Sohari saat ditemui Cendana News, Senin (12/10/2020).
Sohari menyebut membutuhkan pakan udang dari ukuran min 1 hingga PF1000. Setiap pekan satu sak pakan sesuai ukuran dibutuhkan untuk proses pembesaran udang miliknya. Berkurangnya kebutuhan pakan paparnya ikut memengaruhi biaya operasional yang diperlukan. Ia memilih berutang pakan sebagai modal yang akan dibayar saat panen.