Permintaan Pakan Pembudidaya Udang dan Ikan di Lamsel, Turun
Editor: Makmun Hidayat
Imbas kemarau ia memilih mengurangi jumlah benih yang dibesarkan. Selain berkurangnya pasokan air tambak, potensi hama rentan terjadi saat kemarau. Memanfaatkan sistem irigasi bagongan ia memakai kincir bertenaga diesel. Sistem tradisional berpotensi menghemat pakan meski ia harus memanen lebih lama.
Ngadimin, pedagang pakan di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan menyebut permintaan pakan menurun. Faktor berkurangnya jumlah petambak beroperasi menjadi penyebab permintaan pakan menurun dibandingkan semester pertama tahun ini. Memiliki pelanggan tetap petambak udang, bandeng, ia juga melayani pembudidaya ikan lele dan peternak unggas.
“Pembudidaya ikan lele juga mulai berkurang selama musim kemarau imbas berkurangnya pasokan air, tapi akhir tahun akan meningkat lagi,” ujarnya optimis.
Ngadimin juga tidak khwatir sebab pakan udang, ikan, unggas, burung merupakan pakan kering. Pakan sebutnya bisa bertahan hingga setahun dan dalam kurun waktu tersebut selalu habis terjual. Selama kemarau permintaan pakan justru alami peningkatan pada ternak unggas. Sebab kondisi cuaca kemarau dimanfaatkan peternak ayam, bebek dan itik.
Penjualan berbagai jenis pakan sebut Ngadimin dilakukan dengan sistem eceran dan kemasan. Pembeli kerap hanya butuh dalam jumlah kurang dari satu sak atau ukuran 20 kilogram. Sebagian pemilik budidaya ikan lele memilih membeli dalam jumlah banyak. Sebab fase satu kali budidaya rata rata butuh waktu sekitar 3 bulan. Pakan dibeli dengan harga mulai Rp8.000 hingga Rp15.000 per kilogram.