Permintaan Stabil Produsen Batu Bata dan Genteng Lamsel Tetap Eksis
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Bahan bangunan batu bata dan genteng bagi masyarakat tetap jadi kebutuhan dalam dunia properti. Terutama untuk masyarakat pedesaan yang masih meminati rumah yang besar.
Andes Sobana, produsen batu bata sistem tradisional mengaku hingga saat ini masih bertahan meski pangsa pasar tetap tersedia. Tren masyarakat membangun rumah minimalis membuat permintaan terbatas. Namun bagi masyarakat pedesaan, membangun rumah besar masih diminati.
“Permintaan batu bata masih tetap stabil bahkan cenderung meningkat, selain untuk bangunan rumah hunian, kini banyak warga membuat rumah toko, pagar, kolam dan pondasi rumah memakai batu bata, sehingga produksi tetap terserap,” terang Andes Sobana saat ditemui Cendana News, Selasa (20/10/2020).
Warga Desa Mekar Mulya, Kecamatan Palas itu mengaku sudah belasan tahun bergelut dengan tanah dan lumpur. Tanah yang dibuat menjadi lumpur dan diberi adonan sedikit tanah liat membuat batu bata memiliki kualitas yang kuat.
Permintaan batu bata yang meningkat sebut Andes Sobana didorong oleh tingginya minat masyarakat berinvestasi. Kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dengan hadirnya pintu tol menghadirkan lokasi strategis dan menumbuhkan sektor investasi bidang properti. Pembuatan kontrakan, kos kosan dan rumah toko di wilayah Palas dan sekitarnya mendorong order meningkat.
“Produksi harian pembuatan batu bata secara manual bisa mencapai ratusan sehingga sepekan bisa ribuan buah. Serapan batu bata rata rata minimal 1000 dan terbanyak hingga 5000 buah,” bebernya.
Usaha pembuatan batu bata ikut memberi sumber penghasilan bagi warga lain. Sebab di lokasi pembuatan batu bata atau tobong pekerja bisa mencetak batu bata dengan sistem upahan. Perseribu batu bata upah yang diberikan bagi pekerja Rp60.000. Sementara saat ini harga perseribu buah batu bata di level produsen Rp260.000 hingga Rp300.000.