Perpaduan Budaya Austronesia dan Megalitik yang Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Peradaban Sumba diperkirakan sudah berumur sekitar 3.500 tahun yang lalu berdasarkan bukti peninggalan peradaban Austronesia yang berumur sekitar 2.700 tahun lalu yang bercampur dengan peradaban Megalitik. Peradaban yang masih terlihat pada kehidupan masyarakat Sumba Timur pada saat sekarang, diharapkan mampu menjadi sumber edukasi dan juga bernilai ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
Arkeolog Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak menyebutkan Sumba merupakan daerah yang sangat kaya dengan pemikiran, filosofi, interaksi lingkungan dengan manusia dan budaya yang merupakan kesinambungan dari peradaban Austronesia awal.
“Catatan arkeolog menunjukkan temuan sejak zaman Prasejarah dengan umur antara 3500-2700 tahun yang lalu. Jika dibandingkan dengan data perkembangan Austronesia, memang terlihat keterhubungannya,” kata Truman saat talkshow online tentang Peradaban Lambanapu, Minggu (25/10/2020).
Dalam kegiatan ekskavasi di Lambanapu, Truman menyebutkan, peradaban Austronesia terlihat pada artefak beliung persegi dan tembikar berslip merah.
“Ditemukan artefak cangkang kerang laut, fosil hewan darat atau ikan laut dan manik-manik dalam kubur batu. Ini menunjukkan, adanya pengaruh budaya megalitikum yang masuk ke peradaban Austronesia di Lambanapu,” urainya.
Adanya perpaduan budaya ini menunjukkan bahwa masyarakat Sumba saat itu mampu menerima peradaban lain dalam struktur kehidupan mereka dan digunakan untuk memperkaya budaya mereka.
“Lambanapu memang bukan satu-satunya perkampungan tua dengan budaya Austronesia. Ada Melolo, Wunga dan Kambaniru, dengan lokasi Wunga yang sedikit lebih jauh dibandingkan tiga lokasi lain yang saling berdekatan,” kata Truman.