Sambal Tanak Jengkol, Hadirkan Rasa Kampuang di Setiap Gigitannya
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Jengkol atau yang disebut jariang dalam bahasa Minang mungkin bisa disebut sebagai salah satu makanan yang bisa ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai variasi cara memasak.

Salah satunya adalah sambal tanak jengkol, yang dimasak dengan menggunakan kayu sehingga memberikan aroma kampuang, kalau kata orang Minang.
Dewi Syafrianis menyebutkan hal yang terpenting dalam memasak jengkol adalah memilih bahan yang pas.
“Enak, nikmat tidaknya olahan sangat ditentukan oleh jengkolnya itu sendiri. Kita harus memilih yang kualitasnya baik. Yaitu, yang sudah tua sehingga akan menghasilkan olahan yang pulen dan tidak gretes-gretes saat digigit,” kata Dewi, Sabtu (31/10/2020).
Untuk tahu, mana jengkol yang sudah tua, menurut Dewi, bisa ditekan dengan kuku.
“Jika terasa tidak lunak maka artinya sudah tua. Pilih jengkol yang bulat dan tidak kempes,” ucapnya.
Bumbu sambal tanak jengkol ini, lanjutnya hampir sama dengan bumbu gulai. Hanya memang hasil akhirnya lebih kering dibandingkan rendang.
“Selain, sambal tanak dan rendang, jengkol juga bisa diolah menjadi kalio. Rasanya sama enaknya, bikin pengen nambah terus dan lupa sama diet,” ucapnya sambil tertawa.
Untuk seperempat kilo jengkol, Dewi menyebutkan dibutuhkan 750 ml santan yang didapat dari satu buah kelapa tua.
“Bumbu lainnya itu jahe, kunyit, laos, bawang merah dan bawang putih. Kalau mau pedes, cabe merahnya yang banyak. Kalau saya sih pakainya satu ons saja,” ujarnya menerangkan.