Sektor Budidaya Vaname Lesu, Ganggu Usaha Pendukung

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Rantai ekonomi usaha sektor budidaya udang putih atau vaname terganggu imbas produksi menurun.

Tumijan, pemilik tambak vaname di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan menyebut produksi anjlok imbas cuaca. Penyakit bintik putih, virus dan hama berimbas tingkat kematian vaname tinggi.

Imbas langsung pada usaha budidaya vaname sebut Tumijan produksi saat panen tak memuaskan. Tebaran benih udang putih atau benur sebanyak 10 ribu benur yang dibudidayakan hanya bisa dipanen sebanyak 6 kuintal. Normalnya ia bisa memanen satu ton udang vaname secara parsial atau bertahap hingga panen total.

Hasil panen menurun pada sejumlah petak tambak berimbas keuntungan menurun. Bermodalkan lebih dari Rp5juta sekali tebar hingga satu bulan saat panen ia hanya mendapat omzet sebesar Rp8juta setiap petak. Udang vaname yang kerap dijual ke Jakarta sebagian untuk ekspor tidak bisa memenuhi kuota pengepul.

“Sebagai petani pembudidaya udang vaname rantai produksi sektor usaha pertambakan ikut lesu karena ikut terdampak pandemi Covid-19, selanjutnya sektor pendukung usaha pakan, es balok, jasa muat hingga ekspedisi ikut terimbas,” terang Tumijan saat dikonfirmasi Cendana News, Selasa (20/10/2020).

Tumijan menambahkan dari empat petak tambak ia hanya mengoperasikan dua diantaranya. Memakai sistem semi intensif sejumlah kincir air untuk sirkulasi air dan oksigen diterapkan. Namun perubahan cuaca dan munculnya hama membuat ia tak ingin mengambil risiko besar. Mengoperasikan dua petak seluas dua hektare tetap bisa menutup biaya operasional usaha tambak udangnya.

Hasil panen udang yang menurun sebut Tumijan ganggu usaha pendukung. Normalnya saat panen udang vaname ia butuh sebanyak 10 balok es yang telah dihaluskan. Es balok tersebut akan dipergunakan untuk mengawetkan udang hasil panen. Imbas panen udang terbatas kebutuhan es balok hanya kurang dari 6 balok.

Lihat juga...