Simpul Mati
CERPEN KRISTIN FOURINA
Toh, bagimu, kembang api bukanlah barang yang terlalu buruk. Kalau menyala, kembang api serupa kumpulan bintang yang meledak di langit malam. Ia bisa membuat manusia melupakan duka.
Sementara kau bekerja, Zayda—adikmu—hanya sesekali berangkat ke sekolah dalam seminggu karena kondisi kota yang masih diliputi wabah penyakit menular. Selebihnya Zayda lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, ditemani paman yang tidak bekerja di siang hari karena jam kerjanya malam hari menjaga keamanan gudang kembang api.
Semisal gudang itu tidak dijaga, pemilik gudang khawatir percikan api yang disengaja maupun tidak, membuat seluruh kembang api dan petasan meledak. Jika itu terjadi, pastilah pemilik usaha kembang api itu akan merugi.
Suatu sore, Zayda meminta bantuanmu untuk melepas ikatan tali sepatu yang sedari pagi tak bisa dilepasnya. Bagaimana bisa kau mengikat tali sepatumu dengan simpul mati yang susah sekali dilepas, Zayda, katamu berulang kali padanya.
Waktu itu kau jelaskan padanya bahwa simpul mati akan menjerat erat sulit dilepas pada apa pun. Entah pada sepatu, atau plastik pembungkus makanan yang juga seringkali diikat dengan simpul mati oleh Zayda, atau pada benda apa pun itu. Tetapi entah mengapa, kejadian itu justru semakin sering berulang kali dilakukan Zayda.
Pada saat itu kau teringat masa-masa awal mengajari Zayda bermacam-macam simpul. Kau mengajarinya simpul hidup, simpul mati, simpul tunggal, simpul rantai, dan lainnya. Kau masih ingat, saat itu Zayda sangat tertarik. Dan ia sangat pandai. Jadi, kau justru merasa sangat heran kalau Zayda tidak bisa membuat simpul yang mudah dibuka untuk mengikat segala sesuatu.