Simpul Mati
CERPEN KRISTIN FOURINA
Tingkah laku Zayda semakin membuatmu heran. Selama beberapa hari ini saja, Zayda menanyakan kepadamu tentang adakah surga di dunia. Surga, ulangmu dalam hati. Adakah pertanyaan itu muncul karena ia merindukan ibu yang sudah terlebih dulu pergi menuju surga?
“Surga hanya untuk orang-orang yang sudah meninggalkan dunia, Zayda. Biarlah ibu bahagia di surga,” katamu pada Zayda.
Kau mengira jawabanmu akan membuat Zayda paham dan tak akan membuatnya bertanya lagi. Namun ternyata tidak. Misalnya ketika malam itu, Zayda kembali bertanya padamu tentang kematian.
“Setelah mati, apakah seseorang akan langsung masuk surga?”
“Tentu saja,” jawabmu teringat ibumu yang sudah mati, “Konon, di surga setiap orang akan kehilangan rasa sedih dan takut.”
Kau berharap dengan jawabanmu, Zayda tidak lagi bersedih karena menurutmu ia pasti sangat kehilangan ibu yang amat ia cintai.
Setelah beberapa hari, memang Zayda tidak lagi bertanya tentang kematian dan surga. Tetapi Zayda terlihat ketakutan.
“Kalau aku ikut denganmu selama kau berangkat kerja, bolehkah, Kak?” tanya Zayda.
Kau menggelengkan kepalamu. Tiba-tiba kau merasa ada sesuatu yang tak beres. Tetapi tetap saja kau mengatakan ‘tidak boleh’ kepada Zayda.
“Anak kecil terlalu berbahaya berada di sana. Jangan ikut Kakak. Kau tahu, di dalam gudang itu ada ribuan kembang api dan petasan yang kalau tidak sengaja tersulut api bisa meledak. Lalu semua orang yang terjebak di dalam gudang bisa terbakar.”
“Tetapi aku tidak berani terus berada di sini,” jawab Zayda.
“Bukankah kau tidak sendiri? Bahkan ada Paman yang bisa kau mintai tolong beli makanan untuk makan siang.”