Simpul Mati

CERPEN KRISTIN FOURINA

Paginya, kau tak menemukan Zayda di kamarnya. Biasanya Zayda masih meringkuk di atas kasur dengan selimutnya yang kumal.

“Zayda?” panggilmu berulang kali tetapi tak ada sahutan.

Kau memandang ke segala penjuru. Ataukah ia nekat kabur dari rumah mencari ayah ke pulau seberang? Pertanyaan yang muncul dalam benakmu itu telah berhasil membuat kau terkejut.

Kau melanjutkan mencari Zayda di dapur. Tiba-tiba kau teringat pada pisau dapur. Tidak ada. Zayda pasti membawanya, pikirmu. Kau membuka pintu kamar mandi yang ruangannya kosong.

Tak ada Zayda. Sampai kemudian kau berpikir kalau ini semua pasti terjadi karena kau melarang adikmu ikut ke tempatmu bekerja.

Kau bergegas menuju pintu kamar Zayda sambil terus mengutuk dirimu sendiri. Kau merasa sangat resah. Sebelum pada akhirnya kau mengetahui apa yang membuat semua itu terjadi.

Kau bukanlah penyebab utama kejadian itu. Pamanmu yang kerap keluar-masuk rumahmu dengan bebas untuk menemani adikmulah yang telah membuatnya menahan rasa sedih dan takut. Kau mengetahui itu lewat tulisan yang sengaja adikmu tinggalkan di bawah bantal.

Kertas itu tertindih pisau dapur yang sebelumnya selalu kau pertanyakan. Paman kalian rupanya sudah membuat adikmu merasa risih sebagai seorang anak perempuan yang mulai beranjak besar. Zayda tak bisa melawan, tak juga bisa membalas dendam. Ia hanya memendam luka yang dalam.

Kau ingin segera menemui pamanmu yang sebelumnya selalu kau jadikan tempat berlindung dan tempat meminta tolong. Kau ingin segera mencaci dan menyeretnya untuk mencari Zayda saat itu juga.

Malangnya, kau bahkan belum mengetahui bahwa sebenarnya pada malam tepat di saat Zayda tertidur lelap dengan menggenggam tali yang tersimpul mati, pamanmu telah berada di tempat yang jauh meninggalkan kalian.

Lihat juga...