Usia Senja Bukan Alasan Bagi Emak Sarah Berhenti Berkebun
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
BEKASI — Di usia senja, saat tenaga tidak kuat lagi, Emak Sarah (67) dan suaminya, masih mengandalkan hidup dari bertani.
Lain dulu dan sekarang, saat ini keduanya lebih memilih berkebun pisang dengan cara tumpang sari. Alasannya, hanya satu, tenaga sudah tidak kuat untuk berkebun lainnya, karena suami emak Sarah sudah kerap sakit-sakitan.
Kondisi itu jadi alasan tidak bisa fokus budidaya tanaman yang memerlukan perawatan penuh, jika budidaya tanaman seperti bayam, kangkung atau lainnya yang membutuhkan tenaga lebih ekstra.
Bertani bagi pasangan suami isteri warga Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi Jawa Barat, sudah menjadi profesi sejak muda. Bahkan sejak Kota Bekasi masih banyak lahan garapan sebelum bermunculan klaster perumahan dan perkantoran sudah menjadi petani.
Saat ini keduanya masih setia mencari penghasilan dari Bertani, satu-satunya penopang hidup yang diwarisi dari orang tuanya dulu. meskipun sekarang hanya menggarap lahan garapan milik perusahaan pengembang, tidak jadi persoalan asal bisa bergerak.
“Mau kerja apa lagi, usia sudah tua, bisanya hanya berkebun, kami sekarang coba budidaya pisang Lampung, yang lebih cepat panen dan banyak di cari pengepul di Kota Bekasi. Selain itu di tengahnya disisipi pohon papaya,”ujar Emak Sarah, kepada Cendana News, Senin (5/10/2020).
Dikatakan dari awal tanam pisang Lampung tersebut lima bulanan bisa langsung panen. Untuk harga imbuhnya di Kota Bekasi masih bervariasi, kisaran dari Rp 25 ribu hingga Rp55 ribu. Harga tergantung jumlah dalam satu tandan pisang.
Memilih berkebun pisang, dengan sistem tumpangsari dengan papaya Emak Sarah, mengaku karena lebih mudah dan tidak perlu perawatan ekstra. Menurutnya pisang Lampung hanya saat pertama tanam memerlukan pupuk kandang. Setelah itu, tidak ada perawatan lagi, hanya membersihkan rumput dan itu tidak setiap hari.